Sejarah Dan Profil Kabupaten Tapanuli Tengah
Nama Resmi | : | Kabupaten Tapanuli Tengah |
Ibukota | : | Sibolga |
Provinsi | : | Sumatera Utara |
Batas Wilayah | : | Utara: Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Selatan: Kabupaten Tapanuli Selatan Barat: Samudera HindiaTimur: Kabupaten Tapanuli Utara |
Luas Wilayah | : | 2.188,00 Km² |
JumlahPenduduk | : | 353.854 Jiwa |
Wilayah Administrasi Alamat Website | : : | Kecamatan : 20, Kelurahan : 56, Desa : 159 http://www.tapteng.go.id/ |
(Permendagri No.39 Tahun 2015)
Sejarah
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, pelaksanaan urusan Pemerintahan di daerah antara lain di Tapanuli Tengah tetap dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada tanggal 24 Agustus 1945 Residen Tapanuli, saat itu menunjuk Z.A. Glr Sutan Komala Pontas Pemimpin Distrik Sibolga selanjutnya sebagai Demang dan menjadi penanggung jawab pelaksana roda pemerintahan di Tapanuli Tengah. Pada saat itu Dr. Ferdinand Lumbantobing eks Wakil Residen Tapanuli menjadi Residen Tapanuli berkedudukan di Tarutung.
Pada tanggal 15 Oktober 1945, oleh Gubernur Sumatera Mr. T. Mohd. Hasan menyerahkan urusan pembentukan daerah Otonom setingkat di wilayahnya pada pemerintahan daerah kepada masing-masing Residen.
Gubernur Tapanuli Sumatera Timur dengan Keputusan Nomor 1 Tahun 1946 mengangkat dan mengukuhkan Z.A. Glr Sutan Komala Pontas sebagai Bupati/Kepala Luhak Tapanuli Tengah. Sesuai keputusan Gubernur Sumatera Timur tanggal 17 Mei 1946 Kota Sibolga dijadikan sebagai Kota Administratif yang dipimpin oleh seorang Walikota dan pada saat itu dirangkap oleh Bupati Kabupaten Sibolga (Tapanuli Tengah) yaitu Z.A. Glr Sutan Komala Pontas. Luas wilayah Kota Administratif Sibolga ditetapkan dengan Ketetapan Residen Tapanuli Nomor 999 Tahun 1946.
Pada tahun 1946 di Tapanuli Tengah mulai dibentuk Kecamatan untuk menggantikan sistem Pemerintahan Onder Distrik Afdeling pada masa Pemerintahan Belanda. Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai Daerah Otonom dipertegas oleh Pemerintah dengan Undang-undang Nomor 7 Drt 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Nomor 19 Tahun 2007 maka ditetapkan Hari Jadi Kabupaten Tapanuli Tengah adalah tanggal 24 Agustus 1945.
Pada tanggal 15 Oktober 1945, oleh Gubernur Sumatera Mr. T. Mohd. Hasan menyerahkan urusan pembentukan daerah Otonom setingkat di wilayahnya pada pemerintahan daerah kepada masing-masing Residen.
Gubernur Tapanuli Sumatera Timur dengan Keputusan Nomor 1 Tahun 1946 mengangkat dan mengukuhkan Z.A. Glr Sutan Komala Pontas sebagai Bupati/Kepala Luhak Tapanuli Tengah. Sesuai keputusan Gubernur Sumatera Timur tanggal 17 Mei 1946 Kota Sibolga dijadikan sebagai Kota Administratif yang dipimpin oleh seorang Walikota dan pada saat itu dirangkap oleh Bupati Kabupaten Sibolga (Tapanuli Tengah) yaitu Z.A. Glr Sutan Komala Pontas. Luas wilayah Kota Administratif Sibolga ditetapkan dengan Ketetapan Residen Tapanuli Nomor 999 Tahun 1946.
Pada tahun 1946 di Tapanuli Tengah mulai dibentuk Kecamatan untuk menggantikan sistem Pemerintahan Onder Distrik Afdeling pada masa Pemerintahan Belanda. Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai Daerah Otonom dipertegas oleh Pemerintah dengan Undang-undang Nomor 7 Drt 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Nomor 19 Tahun 2007 maka ditetapkan Hari Jadi Kabupaten Tapanuli Tengah adalah tanggal 24 Agustus 1945.
Arti Logo
- Lambang berbentuk lingkaran, satu tangkai kapas dan satu tangkai padi, kapas 8 butir dan padi 45 butir menggambarkan bulan dan tahun bersejarah dari kemerdekaan Negara Republik Indonesia, juga menggambarkan tujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
- Bintang bersudut lima ditempatkan dibagian paling atas, menggambarkan rakyat Tapanuli Tengah percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan ajaran agama menjadi pedoman dalam semua perikehidupan rakyatnya.
- Tiga batang bambu runcing bermakna ganda yaitu melambangkan Daerah Tapanuli Tengah basis perjuangan merebut kemerdekaan Negara Republik Indonesia, juga melambangkan situasi tekad untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa dengan dasar musyawarah dan tatanan hidup “DALIHAN NATOLU” sebagai tatanan hidup masyarakat yang hidup rukun dan dinamis.
- Motto Daerah “Sahata Saoloan” yang diabadikan pada bagian depan rumah adat mengandung makna bahwa rakyat Tapanuli Tengah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dan sejahtera berdasarkan Pancasila telah lebih dahulu menyatukan pendapat, sikap, gerak langkah, seiya-sekata, satu dalam perkataan dan satu pula dalam perbuatan.
- Payung adat melambangkan bahwa masyarakat pendatang, dihargai, diayomi serta dilindungi dalam arti kehadiran dan eksistensinya dapat diterima dengan baik, tumbuh bersama-sama dengan budaya Tapanuli.
- Gunung, Pantai dan Laut (Gupala) menggambarkan kekayaan potensi Daerah Tapanuli Tengah, Gunung, Pantai yang landai penuh keindahan menyimpan banyak objek wisata yang menarik dan menakjubkan, pantai penuh pohon nyiur melambai menambah pesona dan keelokannya serta laut yang kaya akan potensi ikan yang terkenal enak dan kwalitasnya terkenal.
- Sorel (pita) tempat tulisan Tapanuli Tengah berwarna kuning melambangkan kesetiaan pada perjuangan bangsa dan kesatuan tekad untuk memakmurkan penduduk berdasarkan usaha bersama dan terpadu atas dasar kegotong-royongan.
- Warna dasar Lambang berwarna putih melambangkan kesucian dan kemurnian.
Nilai Budaya
Penduduk Tapanuli Tengah terdiri atas multi etnik yaitu suku Batak, Minang, Jawa – Madura, Bugis, Cina, Aceh, Melayu, Sunda, dan lain-lain, dengan mayoritas suku Batak.
Pelestarian nilai-nilai luhur dan kebangsaan, kerukunan, keamanan, ketertiban dan toleransi dalam semangat gotong-royong yang terjalin dan terbina selama ini membuat Tapanuli Tengah semakin kondusif dan tangguh secara sosial kemasyarakatan dalam menyikapi globalisasi dengan berbagai perubahan yang begitu cepat.
Semangat gotong royong terus dibina dan ditingkatkan dalam rangka meningkatkan kesadaran, disiplin, kepedulian dan semangat kebersamaan seluruh lapisan masyarakat dengan semangat Sahata Saoloan (Seiya Sekata) untuk memperkokoh semangat Bhineka Tunggal Ika.
Pelestarian nilai-nilai luhur dan kebangsaan, kerukunan, keamanan, ketertiban dan toleransi dalam semangat gotong-royong yang terjalin dan terbina selama ini membuat Tapanuli Tengah semakin kondusif dan tangguh secara sosial kemasyarakatan dalam menyikapi globalisasi dengan berbagai perubahan yang begitu cepat.
Semangat gotong royong terus dibina dan ditingkatkan dalam rangka meningkatkan kesadaran, disiplin, kepedulian dan semangat kebersamaan seluruh lapisan masyarakat dengan semangat Sahata Saoloan (Seiya Sekata) untuk memperkokoh semangat Bhineka Tunggal Ika.
0 Response to "Sejarah Dan Profil Kabupaten Tapanuli Tengah"
Post a Comment